Selasa, 20 Januari 2009

Menuju Kemenangan!

Ikhwah Fillah…
Bukankah sejarah yang ingin kita ukir? Bukankah karya terindah yang ingin kita persembahkan? Dan Bukankah kemenangan yang ingin kita capai? Bila ya, mungkinkah kemenangan itu bisa dicapai hanya dengan berpangku tangan, dengan kerja-kerja serampangan. Bukan seperti itu, ikhwah. Kemenangan itu akan dapat kita raih dengan kerja keras. Memaksimalkan ikhtiar yang mampu kita lakukan, hingga hari-hari kita adalah hari-hari yang penuh prestasi. Hingga kemenangan benar-benar bisa kita persembahkan dan terukir dalam sejarah, dan kita adalah bagian dari sejarah.
Ikhwah… Kriteria seperti apa yang harusnya kita penuhi hingga kita layak menyandang gelar sebagai “pemenang” -we are the champion, we get the victory-? Kualifikasi yang pertama adalah kader dakwah yang memiliki keterikatan hati dengan Allah. Allah adalah Zat pemilik segalanya. Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada di alam raya ini. BagiNyalah“Kun Fayakun”. Kemenangan itu akan mudah kita raih jika kita mempunyai keterikatan hati denganNya. Layaknya seorang kekasih, akan ia berikan segalanya untuk sang pujaan hati. Nah, sudahkah Allah menjadi cinta tertinggi kita? Sudahkah Dia selalu mengisi hati kita, menghiasi bibir kita dengan senatiasa menyebut namanya. Keterikatan Hati adalah kunci yang utama.
Ikhwah… Yang kedua, kemenangan akan diberikan kepada kader yang memang SIAP untuk menerimanya. Disini berarti bahwa dia yang siap adalah dia yang sudah paham betul akan karakteristik dakwah ini. Di mana dakwah ini adalah jalan yang teramat panjang, bukan jalan yang ringan tapi jalan yang penuh dengan rintangan. Jalan yang hanya sedikit orang yang mau dan bisa bertahan. Berbagai ujian kesengsaraan dan kesenangan tidak mungkin terelakan. Tirani yang kejam dan sadis dalam memperlakukan dakwah dan pendukung-pendukungnya akan senatiasa ada. Penderitaan dan siksaan seperti yang dialami para sahabat; Bilal bin Rabah, Amar bin Yaser, Khubaib bin Adi, Sumayyah syahidah pertama, perlakuan kejam terhadap Rasulullah dan keluarganya dalam boikot Syiib, merupakan bukti betapa beratnya perjalanan ini. Pun iming-iming kesenangan yang justru terkadang mampu mengalahkan keistiqomahan kita. Namun ingatlah, surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang mampu bertahan. Surga tidak diberikan dengan cuma-cuma. Apakah kita SIAP? Siapkah kita untuk menyambut kemenangan itu?Ikhwah… Tsiqoh kepada Allah dan terus beramal adalah hal yang harus kita lakukan. Kita yakin Allahlah sutradara dan penulis scenario terhebat. Tak akan Dia siakan hambanya yang mencintaiNya, yang berjuang di jalanNya, yang ia curahkan waktunya, ia gadaikan dirinya, ia lakukan perniagaan yang paling menguntungkan. Karena ia selalu menjaga kontinuitas amalannya. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.S Muhammad 7). Yakinlah kepada Allah. Tingkatkan khusnudzon kita kepadaNya. Serta awali dan akhiri kehidupan kita dengan segala kebaikan yang bisa kita lakukan, yang bisa kita ikhtiarkan seoptimal mungkin. Gelorakan ruh-ruh kemenangan dalam dada kita. Dan yakinlah kemengan itu akan kita raih. Allahu Akbar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar