Minggu, 21 Desember 2008

Jalan yang Mana?

Perjalanan hidup ini memanglah teramat panjang, memperjuangkannya juga pastilah teramat berat. Apalagi mencoba untuk memaknai segala apa yang terjadi atas diri kita, ini pun ternyata juga sulit. Tidak semua orang bisa melaluinya dengan sempurna. Bahkan tak jarang dari kita yang tak mampu dan lebih memilih untuk menyerah. Ibarat sebuah perjalanan untuk melampaui gurun, maupun menyeberangi samudra yang kita tak tahu kapan akan berakhir. Kita akan gugur sebelum menemukan sebuah oase ataupun berlabuh di sebuah pulau untuk singgah, atau kita bertahan hingga kedua hal tersebut kita dapatkan. Ini adalah sebuah keniscayaan. Semua pilihan ada di tangan kita. Bertahan yang akhirnya kemenangan kita dapatkan atau menyerah dan kalah.
Kapan pengembaraan kita akan berakhir? Akan kemana kita setelah melakukan perjalanan panjang itu? Akan tinggal dimanakah kita selanjutnya? Bagaimana kita nantinya? Sendirikah kita? Dan pertanyaan-pertanyaan lain tentunya akan membayangi pikiran kita, yang kita tak tahu pasti apa jawabnya. Bahkan tak jarang rasa khawatir, cemas, was-was, takut, gelisah dan berbagai perasaan lain akan senantiasa kita rasakan. Karena sifat dasar manusia memang seperti itu. Lalu, apa yang bisa kita perbuat? Diam seribu bahasakah? Atau terus bergerak hingga segala rasa itu hilang dan mencoba terus mancari jawaban atas semua yang kita tak tahu? Jika memilih yang pertama berarti kita telah kalah, karena diam berarti mati, karena diam itu mematikan. Memilih yang kedua berarti akan semakin panjang perjuangan kita, namun karena itulah kita bisa tetap hidup, karena setiap kehidupan itu ditandai dengan gerak. Bergerak adalah harmonisasi kehidupan, wujud dari ketawazunan terhadap diri, andai dapat bernilai ibadah, niscaya kita akan lebih memilih diam, tapi justru dari bergerak itulah, Allah menciptakan surga dan neraka. Bergeraklah untuk mengubah keadaan. Bergeraklah untuk mempertahankan diri.
I’m lost in the dessert,
And I don’t know way of my house,
How must I do?
“Aku tersesat dan aku tidak tahu jalan untuk pulang? Apa yang harus aku lakukan?”
Di persimpangan jalan ini aku tak tahu harus kemana? Ke kiri kah? Atau ke kanan? Luruskah? Atau kembali saja ke jalan semula? Sekali lagi, pilihan berada di tangan kita? Karena pada hakekatnya, semua adalah tinggal kita mau memilih apa dan bagaimana?
“ Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan(kebajikan dan kejahatan)”. (Q.S Al Balad 10)
“ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikkan dan ketaqwaan”. (Q.S Asy Syam 8)
Kita pilih yang mana? Kebajikan atau kejahatan? Kefasikkan atau Ketaqwaan?
“ Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Q.S Al Lail 4-7)
Inilah janji Allah Azza Wa Jalla. Masih ragukah kita akan janji-Nya. Sang pencipta dan pemilik seluruh alam raya ini –termasuk diri kita- beserta seluruh isinya.
“ Hai Jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu.” (Al Fajr 27-30)
Nah, masihkah kita akan bimbang akan berbuat apa?
“ Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan Petunjuk” (Ad Dhuha 7)
Atas kehendak Allah lah kita sampai sekarang masih bisa bertahan dan atas petunjukNya pulalah kita telah memilih Islam sebagai jalan hidup kita. Semoga kita tetap istiqomah berada di jalan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar