Jumat, 12 Desember 2008

Wahai Pemuda, Bergeraklah!!!

“Kuntum Khoira Ummatin Ukhrijat linnaasi takmuruuna bil ma’ruufi wa tanhauna ‘anil munkaari wa tukminuuna billaah…”(Q.S Ali Imran 110)

Sepenggal ayat di atas telah menyatakan kepada kita-ummat manusia- bahwa kita adalah ummat yang terbaik yang telah diciptakan Allah. Kuntum Khoira Ummati. Kita sadari atau tidak. Kita telah diciptakan Allah dengan segala macam kelebihan dibandingkan makhlukNya yang lain. Kita telah dianugerahi banyak sekali potensi, baik fisik, ruhani, maupun fikri. Potensi fisik yang kuat, yang dengannya kita bisa mengerjakan banyak hal kebajikan, potensi ruhani-yang dalam hal ini diwakili oleh hati- yang dengannya kita mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, kita mampu merasakan cinta dan kasih sayang sesama manusia, hati yang tak dimiliki makhlukNya yang lain.Pun potensi yang ketiga, potensi fikri. Dengannya kita mampu berpikir untuk mempertahankan hidup dan juga memakmurkan alam ini, menjadi rahmatan lil’alamiin. Sungguh luar biasa bukan? Jika kita mampu mengoptimalkan ketiga potensi dasar yang kita miliki ini, bukan suatu yang mustahil jika nantinya kejayaan ummat ini akan terwujud. Fisik, Ruhani, dan Fikri. Kita kembangkan potensi kita ini. SEPAKAT BRO???
Namun, apakah semudah itu untuk menjadi sebaik-baik ummat. Umat yang terbaik menurut Allah. Ternyata tidak. Lanjutan dari penggalan ayat di atas menerangkan bahwa syarat yang pertama adalah Takmuruuna bil ma’ruufi. Menyuruh kepada yang ma’ruf. Wa tanhauna’anil munkaari. Dan mencegah dari yang munkar. Dengan menggunakan potensi kita, kita mencoba untuk mengajak orang lain untuk melakukan kebajikan dan melarang dari perbuatan yang keji dan munkar. Bukan tindakan yang mudah. Namun juga bukan hal yang mustahil untuk kita lakukan. Bahkan pekerjaan ini adalah suatu perniagaan yang paling menguntungkan. Surga telah dijanjikan Allah untuk para pejuang kebenaran. Pengemban Risalah para Nabi. Meneruskan perjuangan para Nabi dan Rasul. Hanya orang-orang pilihan yang akan bertahan di jalan panjang ini. Karena memang ini bukan jalan yang mudah dan singkat, serta hanya sedikit orang jumlahnya. Mampukah kita bertahan? Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita tetap istiqomah berada di jalan ini.
Ketika kita melihat berbagai kebobrokan dan kemerosotan moral bangsa ini, kemana hati kita? Ketika kita melihat berbagai penderitaan rakyat, kemana rasa kemanusiaan kita? Ketika kita melihat dan mendengar ketidakadilan dan kesewenang-wenangan dimana-mana, kemana suara hati kita? Mengapa tidak kita serukan? Mengapa kita masih berdiam diri saja? Mengapa kita masih bisa bersenang-senang dan bercanda tawa? Disinilah peranmu, Wahai Pemuda!!!Bergeraklah!!! Serukanlah!!! Nasib bangsa ini berada di tanganmu! Kalau bukan Kau maka siapa lagi? Wahai Pemuda, kau kah yang dirindukan rakyat? Kau kah yang dinantikan bangsa? Apakah kau yang kan menebar wangi bunga untuk bangsa ini? Masihkah Kau menunggu! Atau masihkah Kau bimbang dan ragu?
Teriakkan!!! Aku DATANG!!! AKULAH PEMUDA ITU!!!

Persyaratan selanjutnya untuk menjadi ummat yang terbaik adalah Watukminuuna billah. Dan beriman kepada Allah. Landasan Aqidah yang kuat yang menjadi pondasi tiap gerak dan langkah setiap mujahid dakwah. Ibarat sebuah pohon, Aqidah adalah akar tunggang yang kokoh, yang menancap kuat ke dalam bumi. Sehingga sekuat apapun badai menerjangnya, ia takkan tumbang begitu saja. Ia begitu yakin akan kuasa dan janji Allah. Ia takkan terbujuk kenikmatan sesaat di dunia. Keimanan yang melekat kuat dalam hati sanubarinya. Ia takkan tergoyahkan oleh apapun. Harta, wanita, dan tahta takkan sanggup mencabutnya dalam hatinya. Tentu atas petunjuk dari Allah. Iman yang kuat kan melahirkan ahsanul ‘amala dan akhlakul karimah. Amalan yang terbaik dan akhlak yang terjaga.Bagaimana dengan keimanan kita???
Demikianlah ummat yang terbaik. Akankah kita menjadi KHOIRA UMMATI. Ataukah kita hanya akan menjadi umat yang biasa-biasa saja. Pilihan berada di tangan kita. So, tentukanlah pilihanmu!!!
Wahai Pemuda…BERGERAKLAH!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar