Selasa, 20 Januari 2009

Kisah Perjalanan Penulisan Skripsiku...

8 Bulan Menuju Sebuah Obsesi (Januari-Agustus)

Innamal a’malu binniyat… Yap, saya amat yakin, jika semua perbuatan yang kita lakukan didasari niat yang tulus demi mendapat ridhoNya, semata-mata adalah Lillahi, wujud penghambaan kita kepadaNya, dengan ijin Allah serta dengan memaksimalkan ikhtiar dan tawakal, semua akan mudah. Bismillah ku mulai melangkah.
Namun terkadang ghirah itu bak sebuah grafik sinus-cosinus. Ada kalanya penuh semangat, bahkan berhari-hari mata ini bertahan hingga larut malam untuk segera ‘kejar target’. Dan lama-lama ternyata menjadi sebuah kebiasaan- tidur hingga larut malam- yang saya rasakan sampai sekarang. Ide-ide begitu cepat mengalir yang segera diikuti oleh jari-jari ini menari diatas keyboard yang terus setia menemani hari-hariku. Terkadang ku merasa kasian dengan lepi mungilku. Lembur berjam-jam karena menuruti keinginanku. Yach semoga Allah menjaganya juga. Amin.
Namun, sempat kurasakan juga, ghirah yang mulai mengendor. Penat, lelah… dan sebagainya. Takut untuk menghadap dosen, malu, etc. Ditambah pencarian referensi yang belum juga ketemu. Ee giliran buku sudah ketemu, ternyata halaman yang kucari sudah disobek oleh tangan-tangan jail. (Semoga Allah mengampuninya).
Sebuah motivasi yang amat luar biasa kurasakan -dan memang harus selalu ku up grade terus-ketika ku berdiskusi dengan kawan-kawan, ketika ku mulai mengingat kembali mimpi-mimpiku, obsesiku di tahun 2009 ini. Begitu banyak target yang harus bisa dan ingin ku wujudkan. Karena sekarang bukan saatnya untuk berpangku tangan. MOVE, MOVE, and MOVE GIRL!. Yap, aku harus terus bangkit dan bergerak.

Tak ada yang perlu kutakutkan, dan kukhawatirkan. Jalani semua dan nikmatilah. Karena ini semua adalah kuncinya. Nikmati setiap peluh, nikmati setiap penggal kisahnya…just do it! Songsong 2009!

Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk terus berjuang di jalanMu…

Menuju Kemenangan!

Ikhwah Fillah…
Bukankah sejarah yang ingin kita ukir? Bukankah karya terindah yang ingin kita persembahkan? Dan Bukankah kemenangan yang ingin kita capai? Bila ya, mungkinkah kemenangan itu bisa dicapai hanya dengan berpangku tangan, dengan kerja-kerja serampangan. Bukan seperti itu, ikhwah. Kemenangan itu akan dapat kita raih dengan kerja keras. Memaksimalkan ikhtiar yang mampu kita lakukan, hingga hari-hari kita adalah hari-hari yang penuh prestasi. Hingga kemenangan benar-benar bisa kita persembahkan dan terukir dalam sejarah, dan kita adalah bagian dari sejarah.
Ikhwah… Kriteria seperti apa yang harusnya kita penuhi hingga kita layak menyandang gelar sebagai “pemenang” -we are the champion, we get the victory-? Kualifikasi yang pertama adalah kader dakwah yang memiliki keterikatan hati dengan Allah. Allah adalah Zat pemilik segalanya. Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada di alam raya ini. BagiNyalah“Kun Fayakun”. Kemenangan itu akan mudah kita raih jika kita mempunyai keterikatan hati denganNya. Layaknya seorang kekasih, akan ia berikan segalanya untuk sang pujaan hati. Nah, sudahkah Allah menjadi cinta tertinggi kita? Sudahkah Dia selalu mengisi hati kita, menghiasi bibir kita dengan senatiasa menyebut namanya. Keterikatan Hati adalah kunci yang utama.
Ikhwah… Yang kedua, kemenangan akan diberikan kepada kader yang memang SIAP untuk menerimanya. Disini berarti bahwa dia yang siap adalah dia yang sudah paham betul akan karakteristik dakwah ini. Di mana dakwah ini adalah jalan yang teramat panjang, bukan jalan yang ringan tapi jalan yang penuh dengan rintangan. Jalan yang hanya sedikit orang yang mau dan bisa bertahan. Berbagai ujian kesengsaraan dan kesenangan tidak mungkin terelakan. Tirani yang kejam dan sadis dalam memperlakukan dakwah dan pendukung-pendukungnya akan senatiasa ada. Penderitaan dan siksaan seperti yang dialami para sahabat; Bilal bin Rabah, Amar bin Yaser, Khubaib bin Adi, Sumayyah syahidah pertama, perlakuan kejam terhadap Rasulullah dan keluarganya dalam boikot Syiib, merupakan bukti betapa beratnya perjalanan ini. Pun iming-iming kesenangan yang justru terkadang mampu mengalahkan keistiqomahan kita. Namun ingatlah, surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang mampu bertahan. Surga tidak diberikan dengan cuma-cuma. Apakah kita SIAP? Siapkah kita untuk menyambut kemenangan itu?Ikhwah… Tsiqoh kepada Allah dan terus beramal adalah hal yang harus kita lakukan. Kita yakin Allahlah sutradara dan penulis scenario terhebat. Tak akan Dia siakan hambanya yang mencintaiNya, yang berjuang di jalanNya, yang ia curahkan waktunya, ia gadaikan dirinya, ia lakukan perniagaan yang paling menguntungkan. Karena ia selalu menjaga kontinuitas amalannya. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.S Muhammad 7). Yakinlah kepada Allah. Tingkatkan khusnudzon kita kepadaNya. Serta awali dan akhiri kehidupan kita dengan segala kebaikan yang bisa kita lakukan, yang bisa kita ikhtiarkan seoptimal mungkin. Gelorakan ruh-ruh kemenangan dalam dada kita. Dan yakinlah kemengan itu akan kita raih. Allahu Akbar!

Senin, 05 Januari 2009

Mathematic...Siapa Takut?

Mathematic… Kayaknya bukan gue banget dech! Ogak ah…
Mathematic… Ih ngeri amat!
Dan komentar-komentar lain sering kali kita dengar di berbagai belahan bumi ini tentang matematika. (gak segitunya kalee). Pasalnya kenapa? Banyak orang yang menganggap matematika adalah momoknya semua jenis pelajaran. How with You? Iya juga kan? Moga aja tidak yaa.
Mari selami lebih dalam about Mathematic…
Tak kenal maka tak sayang. Begitu kata pepatah lama. Maka agar sayang, tak ada salahnya jika kita kenalan lebih dalam dengan matematika. Setuju Bro! Matematika… sebenarnya gak susah-susah amat koq. (tapi gak gampang juga kan?). Semuanya tinggal bagaimana cara kita menyikapinya. Pelajaran yang pasti diajarkan sejak kita SD ini –bahkan TK juga sudah mulai diajarkan- pada hakekatnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hanya saja, dalam pikiran kita sejak awal sudah ter-frame bahwa mtematika itu sulit. Jadinya terpengaruh dech. Coba, mulai sekarang buang jauh-jauh pikiran itu, dan gantilah dengan mengatakan…Matematika…I LOVE YOU…
Yap, berawal dengan rasa cinta, pasti bisa mengalahkan segalanya. Karena ada sebuah kekuatan dari rasa cinta, the power of love.(lho koq jadi bicarain cinta e?). Jika kita sudah cinta dan sayang dengan matematika pasti ada sebuah rasa penasaran jika kita belum bisa menaklukkan dan menggenggamnya. Nah, dari rasa cinta inilah yang akan menghilangkan noda-noda kebencian kita terhadap matematika.
Tambahkan rasa cinta kita terhadap matematika dengan sebuah asumsi bahwa matematika adalah rajanya ilmu pengetahuan, the king of science. So, mau tidak mau kita harus mendekapnya erat, agar dia tak lepas dan segala macam ilmu bisa kita pelajari dengan mudah pula. Do you agree?
Perlu kita renungkan…
Sebenarnya, mengapa kita harus mempelajari matematika sih? Ada manfaatnya gak yaa? Apalagi bagi kamu-kamu yang sudah SMP, SMA bahkan yang kuliah ambil jurusan matematika. Pernah terpikir gak, apa manfaatnya berpusing-pusing ria, menghitung soal-soal yang seabrek. (apalagi setiap hari yang dibahas hanya si x dan y)Nah lo? Iya gak?
Nah, kalau boleh saya mengatakan bahwa sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita, tidak ada untungnya kita pelajari si kalkulus, integral, differensial, trigonometri, aljabar, apalagi aljabar abstrak dan kroni-kroninya itu. (gimana sih?) Yap, gak ada kawan! (percuma donk kita mati-matian belajar kalau gak da manfaatnya). Lha nggak pernah dipakai sama sekali koq. Masak menghitung berapa belanjaan kita di supermarket harus pake rumus integral ganda. Ya justru mempersulit diri sendiri donk. Ya nggak? Terus apa sih manfaat kita belajar matematika? Coba pikirkan… dah nemu jawabnya belum?
Siapa bilang percuma. Nggak bakalan rugi koq kamu belajar matematika. Rabbana ma khalaqta haa dzaa bathilaa..yap, karena gak ada yang sia-sia dengan semua yang diciptakan oleh Sang Pencipta alam semesta ini. Dengan belajar matematika, kita belajar memecahkan setiap persoalan yang ada. Kita akan terus mencari jawaban dari permasalahan tersebut dengan berbagai langkah hingga kita temukan jawabnya. Try , try, and try. Terus try and error. Di dalam kehidupan ini, pasti setiap orang tidak akan pernah lepas dengan yang namanya ‘permasalahan hidup’. Nah, dia yang sudah terbiasa memecahkan masalah dan tidak bosan-bosan mencoba setiap kemungkinan penyelesaian dari permasalahan itu, dialah yang akan menjadi ‘manusia kuat’ yang tidak akan terkalahkan oleh ujian hidup yang menimpanya. (Tahan banting githu). Dia tetap tegar dan berusaha sekuat tenaga untuk meraih mimpi-mimpinya. Yap, dialah Super Hero…setiap gagal, dia akan bangkit lagi. Gagal… Bangkit… Gagal … Bangkit… terus seperti itu hingga ia akhirnya menjadi ‘Sang Juara’.
Masih Benci…?
Nah, sudah cintakah kamu dengan matematika? Kalau belum, tidak ada salahnya jika 3M-nya AA’ Gym kamu terapin untuk matematika, hehe… So, Tetap semangat belajar dari sekitar kita, termasuk matematika.

Minggu, 21 Desember 2008

Jalan yang Mana?

Perjalanan hidup ini memanglah teramat panjang, memperjuangkannya juga pastilah teramat berat. Apalagi mencoba untuk memaknai segala apa yang terjadi atas diri kita, ini pun ternyata juga sulit. Tidak semua orang bisa melaluinya dengan sempurna. Bahkan tak jarang dari kita yang tak mampu dan lebih memilih untuk menyerah. Ibarat sebuah perjalanan untuk melampaui gurun, maupun menyeberangi samudra yang kita tak tahu kapan akan berakhir. Kita akan gugur sebelum menemukan sebuah oase ataupun berlabuh di sebuah pulau untuk singgah, atau kita bertahan hingga kedua hal tersebut kita dapatkan. Ini adalah sebuah keniscayaan. Semua pilihan ada di tangan kita. Bertahan yang akhirnya kemenangan kita dapatkan atau menyerah dan kalah.
Kapan pengembaraan kita akan berakhir? Akan kemana kita setelah melakukan perjalanan panjang itu? Akan tinggal dimanakah kita selanjutnya? Bagaimana kita nantinya? Sendirikah kita? Dan pertanyaan-pertanyaan lain tentunya akan membayangi pikiran kita, yang kita tak tahu pasti apa jawabnya. Bahkan tak jarang rasa khawatir, cemas, was-was, takut, gelisah dan berbagai perasaan lain akan senantiasa kita rasakan. Karena sifat dasar manusia memang seperti itu. Lalu, apa yang bisa kita perbuat? Diam seribu bahasakah? Atau terus bergerak hingga segala rasa itu hilang dan mencoba terus mancari jawaban atas semua yang kita tak tahu? Jika memilih yang pertama berarti kita telah kalah, karena diam berarti mati, karena diam itu mematikan. Memilih yang kedua berarti akan semakin panjang perjuangan kita, namun karena itulah kita bisa tetap hidup, karena setiap kehidupan itu ditandai dengan gerak. Bergerak adalah harmonisasi kehidupan, wujud dari ketawazunan terhadap diri, andai dapat bernilai ibadah, niscaya kita akan lebih memilih diam, tapi justru dari bergerak itulah, Allah menciptakan surga dan neraka. Bergeraklah untuk mengubah keadaan. Bergeraklah untuk mempertahankan diri.
I’m lost in the dessert,
And I don’t know way of my house,
How must I do?
“Aku tersesat dan aku tidak tahu jalan untuk pulang? Apa yang harus aku lakukan?”
Di persimpangan jalan ini aku tak tahu harus kemana? Ke kiri kah? Atau ke kanan? Luruskah? Atau kembali saja ke jalan semula? Sekali lagi, pilihan berada di tangan kita? Karena pada hakekatnya, semua adalah tinggal kita mau memilih apa dan bagaimana?
“ Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan(kebajikan dan kejahatan)”. (Q.S Al Balad 10)
“ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikkan dan ketaqwaan”. (Q.S Asy Syam 8)
Kita pilih yang mana? Kebajikan atau kejahatan? Kefasikkan atau Ketaqwaan?
“ Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Q.S Al Lail 4-7)
Inilah janji Allah Azza Wa Jalla. Masih ragukah kita akan janji-Nya. Sang pencipta dan pemilik seluruh alam raya ini –termasuk diri kita- beserta seluruh isinya.
“ Hai Jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu.” (Al Fajr 27-30)
Nah, masihkah kita akan bimbang akan berbuat apa?
“ Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan Petunjuk” (Ad Dhuha 7)
Atas kehendak Allah lah kita sampai sekarang masih bisa bertahan dan atas petunjukNya pulalah kita telah memilih Islam sebagai jalan hidup kita. Semoga kita tetap istiqomah berada di jalan ini.

Minggu, 14 Desember 2008

Bicara dengan Bahasa Hati

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa
tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam
menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya
dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya
dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus
mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang
jauh di dalam dada anda.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada
keberhasilan anda.
(Bunga Rampai)

Jumat, 12 Desember 2008

Wahai Pemuda, Bergeraklah!!!

“Kuntum Khoira Ummatin Ukhrijat linnaasi takmuruuna bil ma’ruufi wa tanhauna ‘anil munkaari wa tukminuuna billaah…”(Q.S Ali Imran 110)

Sepenggal ayat di atas telah menyatakan kepada kita-ummat manusia- bahwa kita adalah ummat yang terbaik yang telah diciptakan Allah. Kuntum Khoira Ummati. Kita sadari atau tidak. Kita telah diciptakan Allah dengan segala macam kelebihan dibandingkan makhlukNya yang lain. Kita telah dianugerahi banyak sekali potensi, baik fisik, ruhani, maupun fikri. Potensi fisik yang kuat, yang dengannya kita bisa mengerjakan banyak hal kebajikan, potensi ruhani-yang dalam hal ini diwakili oleh hati- yang dengannya kita mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, kita mampu merasakan cinta dan kasih sayang sesama manusia, hati yang tak dimiliki makhlukNya yang lain.Pun potensi yang ketiga, potensi fikri. Dengannya kita mampu berpikir untuk mempertahankan hidup dan juga memakmurkan alam ini, menjadi rahmatan lil’alamiin. Sungguh luar biasa bukan? Jika kita mampu mengoptimalkan ketiga potensi dasar yang kita miliki ini, bukan suatu yang mustahil jika nantinya kejayaan ummat ini akan terwujud. Fisik, Ruhani, dan Fikri. Kita kembangkan potensi kita ini. SEPAKAT BRO???
Namun, apakah semudah itu untuk menjadi sebaik-baik ummat. Umat yang terbaik menurut Allah. Ternyata tidak. Lanjutan dari penggalan ayat di atas menerangkan bahwa syarat yang pertama adalah Takmuruuna bil ma’ruufi. Menyuruh kepada yang ma’ruf. Wa tanhauna’anil munkaari. Dan mencegah dari yang munkar. Dengan menggunakan potensi kita, kita mencoba untuk mengajak orang lain untuk melakukan kebajikan dan melarang dari perbuatan yang keji dan munkar. Bukan tindakan yang mudah. Namun juga bukan hal yang mustahil untuk kita lakukan. Bahkan pekerjaan ini adalah suatu perniagaan yang paling menguntungkan. Surga telah dijanjikan Allah untuk para pejuang kebenaran. Pengemban Risalah para Nabi. Meneruskan perjuangan para Nabi dan Rasul. Hanya orang-orang pilihan yang akan bertahan di jalan panjang ini. Karena memang ini bukan jalan yang mudah dan singkat, serta hanya sedikit orang jumlahnya. Mampukah kita bertahan? Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita tetap istiqomah berada di jalan ini.
Ketika kita melihat berbagai kebobrokan dan kemerosotan moral bangsa ini, kemana hati kita? Ketika kita melihat berbagai penderitaan rakyat, kemana rasa kemanusiaan kita? Ketika kita melihat dan mendengar ketidakadilan dan kesewenang-wenangan dimana-mana, kemana suara hati kita? Mengapa tidak kita serukan? Mengapa kita masih berdiam diri saja? Mengapa kita masih bisa bersenang-senang dan bercanda tawa? Disinilah peranmu, Wahai Pemuda!!!Bergeraklah!!! Serukanlah!!! Nasib bangsa ini berada di tanganmu! Kalau bukan Kau maka siapa lagi? Wahai Pemuda, kau kah yang dirindukan rakyat? Kau kah yang dinantikan bangsa? Apakah kau yang kan menebar wangi bunga untuk bangsa ini? Masihkah Kau menunggu! Atau masihkah Kau bimbang dan ragu?
Teriakkan!!! Aku DATANG!!! AKULAH PEMUDA ITU!!!

Persyaratan selanjutnya untuk menjadi ummat yang terbaik adalah Watukminuuna billah. Dan beriman kepada Allah. Landasan Aqidah yang kuat yang menjadi pondasi tiap gerak dan langkah setiap mujahid dakwah. Ibarat sebuah pohon, Aqidah adalah akar tunggang yang kokoh, yang menancap kuat ke dalam bumi. Sehingga sekuat apapun badai menerjangnya, ia takkan tumbang begitu saja. Ia begitu yakin akan kuasa dan janji Allah. Ia takkan terbujuk kenikmatan sesaat di dunia. Keimanan yang melekat kuat dalam hati sanubarinya. Ia takkan tergoyahkan oleh apapun. Harta, wanita, dan tahta takkan sanggup mencabutnya dalam hatinya. Tentu atas petunjuk dari Allah. Iman yang kuat kan melahirkan ahsanul ‘amala dan akhlakul karimah. Amalan yang terbaik dan akhlak yang terjaga.Bagaimana dengan keimanan kita???
Demikianlah ummat yang terbaik. Akankah kita menjadi KHOIRA UMMATI. Ataukah kita hanya akan menjadi umat yang biasa-biasa saja. Pilihan berada di tangan kita. So, tentukanlah pilihanmu!!!
Wahai Pemuda…BERGERAKLAH!!!

Rabithah

Doaku...

Ya Allah,
sesungguhnya engkau mengetahui bahwa kalbu-kalbu ini bertemu dengan kecintaannya kepadaMu,
bertemu dengan ketaatan kepadaMu,
bersatu dengan seruanMu
dan berjanji untuk menolong syariatMu,
maka teguhkanlah Ya Allah ikatannya,
kekalkanlah kasih sayangnya,
tunjukkanlah jalan,
penuhilah dia dengan cahayaMu yang tidak akan redup,
lapangkanlah dada dengan cahaya Iman kepadaMu
dan penyerahan diri yang bulat kepadaMu.
Hidupkanlah ia dengan ma’rifatMu
dan matikanlah dalam syahid pada jalanMu,
sesungguhnya engkau sebaik-baik penjaga dan sebaik-baik penolong.